MAKALAH
Diajukan
Sebagai salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Agama
Disusun
Oleh Kelompok 3:
Fitra
Reza Hayati
Dian
Handayani
Rika
Purnama Wulan
Dosen Pembimbing
Agusrianto, SHI, MA
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
YAYASAN
DHARMA BAKTI LUBUK ALUNG
2011
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah
alrabbi al‘alamin kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmatnya
kepada kami dan seijin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “PUASA”
Makalah ini berisikan tentang informasi
pengertian puasa atau yang lebih khususnya membahas berbagai macam manfaat dari
puasa dan hal yang membatalkan puasa serta hal yang mewajibkan puasa tersebut.
sebagaimana
amanat yang diberikan kepada kami di dalam memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam. Sebuah penghargaan bagi kami atas diberikannya tugas
ini, karena dengan begitu kita akan dapat mengkaji kembali tentang hal-hal yang
berkaitan dengan Puasa. yang pasti
akan bermanfaat menambah keilmuan dan pengetahuan akademis kita
serta modal dalam beribadahkepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang puasa dan berbagai macam manfaat dari puasa
dan hal yang membatalkan puasa serta hal yang mewajibkan puasa tersebut. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta
dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Amin.
Lubuk Alung , 17 Januari 2012
Penyusun
i
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang 1
B.
Rumusan
Masalah 2
C.
Tujuan
Penulisan Makalah 2
BAB II. PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Puasa 3
A. Pengertian Puasa Menurut Bahasa
2.
Dasar
Hukum Diwajibkan Puasa 3
3.
Hal-Hal
Yang Membatalkan Puasa 5
4. Hikmah Melaksanakan Puasa 6
BAB III. PENUTUP 11
A.
Kesimpulan
B.
Saran
Daftar Pustaka 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa merupakan salah satu dari rukun
islam kita sebagai umat muslim wajib menjalankan puasa Ramadhan saya menuliskan
tema puasa ini agar kita lebih mengerti apa puasa itu dan semoga kita menjadi
penguasa diri kita sendiri dengan berpuasa.
Ramadhan merupakan bulan dimana kita
harus dapat mengendalikan diri kita,hal yang utama yang harus kita lakukan
dalam pelaksanaan puasa ramadhan adalah kita harus menjadi penguasa dan raja
bagi diri kita sendiri kita harus benar-benar mengendalikan menurut aturan
Ilahi yang berlaku.
Kalau berbicara harus kita kendalikan
demikian juga dengan mata semuanya harus kita kendalikan dengan baik. Mungkin
kadang ada bertanya kenapa kita tetap sengsara, atau mengapa hidup kita gelisah
dan tidak tenang ? jawaban yang tepat adalah karena kita tidak dapat mengendalikan
diri kita sendiri.
Pada bulan Ramadhan ini kita harus seperti kepongpong masuk seperti
ulat berbulu yang ditakuti dan menjijikan dan keluar sebagai kupu-kupu yang
indah yang begitu disenangi banyak orang, yang dapat kita artikan sebusuk dan
sekotor apapun diri kita ,setelah menjalankan ibadah puasa ini kita harus
menjadi orang yang memiliki kepribadian yang indah dan bermanfaat bagi dirikita
sendiri dan orang lain.
Di bulan suci Ramadhan inilah kesempatan yang baik untuk megembleng
diri agar menjadi terindah dan terbaik. Rasulullah mensinyalir,umat islam akan
banyak melaksanakan puasa ,hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Bagai mana
menurut ada apakah ini benar? Kalau Rasulullah sudah mensinyalir demikian
memang demikian keadaannya karena semua yang dikatakan dan dilakukan Rasulullah
semua itu benar adanya dan tidak ada yang salah .
Perkembangan pada saat ini apakah sesuai dengan sinyalemen Rasulullah
tadi? Ibadah puasa umat islam pada saat ini Alhamdulillah sudah agak meningkat
ternyata mereka mulai sadar ,mereka sadar bahwa ibadah puasa ini tidaklah
sebuah tradisi saja melainkan sebuah jalan untuk meningkatkan keimanan.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka permasalahan yang menjadi
perhatian dalam penulisan makalah ini adalah
Puasa. Menjelaskan tentang manfaat dari puasa.Menjelaskan
tentang hal-hal yang membatalkan puasa.
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tulisan
ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan STKIP YDB Lubuk
Alung, agar nantinya dalam kita semua mengetahui hal-hal tentang puasa.
Memahami Pengertian
puasa
Puasa tidak hanya menaha diri dari makan dan minum tapi harus menahan diri dari hal-hal yang akan merusak pahala puasa bitu sendiri ibadah puasa yang pokok adalah “menahan makan,minum,dan hawa nafsu mulai terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari” akan tetapi kita juga harus menahan nafas,bibir,mata, dan semua anggota badan kita dari hal-hal yang akan mebatalkan puasa.
Jika menurut mata sesuatu itu enak dilihat ,tetapi akan merusak amalan puasa maka tundukanlah . Demikian pula dengan bibir kita harus berhenti untuk tidak bicara yang tidak baik dan berguna. Mudah-mudahan setelah mulut,mata ,dan seluruh anggota badan kita bersih dengan menahan diri dari segala sesuatu yang tidak baik semoga hati kita menjadi bersih , dan hal ini merupakan puncak dari dari segala keindahan menikmati hidup di dunia ini. Karena orang yang hatinya bersih akan menjadi cahaya bagi diri sendiri dan orang lain.
Puasa tidak hanya menaha diri dari makan dan minum tapi harus menahan diri dari hal-hal yang akan merusak pahala puasa bitu sendiri ibadah puasa yang pokok adalah “menahan makan,minum,dan hawa nafsu mulai terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari” akan tetapi kita juga harus menahan nafas,bibir,mata, dan semua anggota badan kita dari hal-hal yang akan mebatalkan puasa.
Jika menurut mata sesuatu itu enak dilihat ,tetapi akan merusak amalan puasa maka tundukanlah . Demikian pula dengan bibir kita harus berhenti untuk tidak bicara yang tidak baik dan berguna. Mudah-mudahan setelah mulut,mata ,dan seluruh anggota badan kita bersih dengan menahan diri dari segala sesuatu yang tidak baik semoga hati kita menjadi bersih , dan hal ini merupakan puncak dari dari segala keindahan menikmati hidup di dunia ini. Karena orang yang hatinya bersih akan menjadi cahaya bagi diri sendiri dan orang lain.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Puasa
Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu.
Sedangkan secara terminologi, adalah menahan diri pada siang hari dari berbuka
dengan disertai niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit
fajar hingga terbenam matahari.
Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bergunjing pada sepanjang hari tersebut (sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan atas seorang muslim yang baligh, berakal, bersih dari haidl dan nifas, disertai niat ikhlas semata-mata karena Allah ta'aala.
Detailnya, puasa adalah menjaga dari pekerjaan-pekerjaan yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, dan bergunjing pada sepanjang hari tersebut (sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa diwajibkan atas seorang muslim yang baligh, berakal, bersih dari haidl dan nifas, disertai niat ikhlas semata-mata karena Allah ta'aala.
2. Dasar Hukum Diwajibkan Puasa
Sedangkan bagi orang kafir, tidak wajib baginya
mengerjakan puasa dan tidak juga sah untuk dikerjakan. Sebab, dia bukan orang
yang berhak untuk ibadah ini, dan jika suatu saat dia memeluk Islam, maka dia
pun wajib mengerjakannya, yaitu semenjak dirinya masuk agama Islam dan tidak
perlu baginya mengqadha’ puasa-puasa yang telah ditinggalkannya. Yang demikian
itu ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala:
“Katakanlah kepada orang-orang yang
kafir itu, ‘Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan
mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu…’” [Al-Anfaal: 38]
Bagi anak kecil, tidak wajib baginya untuk
mengerjakan puasa, karena telah dibebaskan hukum itu darinya sehingga dia
mencapai usia baligh. Usia balighnya itu bisa diketahui melalui salah satu dari
tiga cara berikut:
1. Keluar mani melalui mimpi atau yang lainnya.
2. Tumbuhnya bulu kemaluan.
3. Masuk usia lima belas tahun.
2. Tumbuhnya bulu kemaluan.
3. Masuk usia lima belas tahun.
Sedangkan pada wanita, ditambah lagi dengan
haidh. Jika salah satu dari hal-hal tersebut di atas telah terpenuhi, maka anak
itu sudah dapat dikategorikan baligh.
3
Dan bagi orang yang akalnya tidak sehat (hilang
ingatan/gila), tidak wajib baginya menunaikan puasa, karena telah dibebaskan
hukum wajib itu darinya. Jika ada seseorang yang terkadang ingatannya hilang
dan terkadang kembali lagi, maka dia masih tetap berkewajiban melaksanakan
puasa pada saat dia tersadar dan tidak ada
kewajiban baginya untuk mengqadha’ puasa yang dia tinggalkan selama dia
mengalami hilang ingatan.
Bagi musafir, puasa itu tidak wajib, tetapi dia
diberikan pilihan, boleh tidak berpuasa dan boleh juga tetap berpuasa, tetapi
yang lebih baik baginya adalah mengerjakan yang paling mudah.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan
barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain…” [Al-Baqarah: 185]
Sedangkan bagi orang yang tidak mampu, yakni
tidak mampu mengerjakan puasa, baik karena sakit atau karena sudah terlalu tua,
maka tidak ada kewajiban baginya untuk mengqadha’nya setelah bulan Ramadhan.
Orang yang sudah tua hendaklah memberi makan satu orang miskin setiap harinya.
“….Dan wajib
bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika ia tidak berpuasa) untuk
membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin…” [Al-Baqarah: 184]
Dan bagi orang yang mengerjakan puasa tetapi
terhalang oleh suatu halangan puasa, maka tidak wajib baginya berpuasa, tetapi
dia harus berbuka, sebagaimana wanita yang haidh dan nifas.
Ibnu Rusyd
mengatakan, “…Adapun bagi orang yang mendapat ketetapan wajib mutlak, maka dia
adalah orang yang sudah baligh, berakal, tidak sedang dalam perjalanan, dan
sehat, selama tidak ada halangan yang menghalangi puasa, yaitu haidh bagi kaum
perempuan. Ini merupakan suatu hal yang tidak diperdebatkan lagi.
Hal tersebut didasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini:
“Karena itu,
barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,
maka hendaklah dia ber-puasa…”
Berdomisili
(berada di kota, desa, kampung) sebab tidak wajib bagi musafir, sesuai
FirmanNya
”Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah SWT menghendaki kemudahan
bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al-Baqaroh :
185)
4
3. Hal-Hal Yang Membatalkan Puasa
Ø
Makan dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa maka tidak batal puasanya.
Ø
Jima'
(bersenggama).
Ø
Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam hal ini adalah suntikan yang mengenyangkan
dan transfusi darah bagi orang yang berpuasa.
Ø
Mengeluarkan mani
dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan, ciuman atau sebab lainnya
dengan sengaja. Adapun keluar mani karena mimpi tidak membatalkan puasa karena
keluarnya tanpa sengaja.
Ø
Keluarnya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah haid, atau nifas
batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari sebelum terbenam
matahari.
Ø
Sengaja muntah,
dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari perut melalui mulut. Hal ini
didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
”Barangsiapa yang muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha, sedang barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib qadha." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi). Dalam lafazh lain disebutkan : "Barangsiapa muntah tanpa disengaja, maka ia tidak (wajib) mengganti puasanya)." DiriwayatRan oleh Al-Harbi dalamGharibul Hadits (5/55/1) dari Abu Hurairah secara maudu' dan dishahihRan oleh AI-Albani dalam silsilatul Alhadits Ash-Shahihah No. 923.
Ø
Murtad dari Islam
(semoga Allah melindungi kita darinya). Perbuatan ini menghapuskan segala amal
kebaikan. Firman Allah Ta'ala: Seandainya
mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan. "(Al-An'aam:88).
Tidak batal puasa orang yang melakukan sesuatu yang membatalkan puasa karena tidak tahu, lupa atau dipaksa. Demikian pula jika tenggorokannya kemasukan debu, lalat, atau air tanpa disengaja. Jika wanita nifas telah suci sebelum sempurna empat puluh hari, maka hendaknya ia mandi, shalat dan berpuasa.
Tidak batal puasa orang yang melakukan sesuatu yang membatalkan puasa karena tidak tahu, lupa atau dipaksa. Demikian pula jika tenggorokannya kemasukan debu, lalat, atau air tanpa disengaja. Jika wanita nifas telah suci sebelum sempurna empat puluh hari, maka hendaknya ia mandi, shalat dan berpuasa.
5
Jika seseorang berniat membatalkan puasa
sedangkan ia dalam keadaan berpuasa. Jika telah bertekad bulat dengan sengaja
untuk membatalkan puasa dan dalam keadaan ingat sedang berpuasa, maka puasanya
batal, walaupun ketika itu ia tidak makan dan minum. Karena Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap
orang hanyalah mendapatkan apa yang ia
niatkan.” Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa berniat membatalkan puasa sedangkan ia dalam keadaan
berpuasa, maka puasanya batal.” Ketika puasa batal dalam keadaan seperti
ini, maka ia harus mengqodho’ puasanya di hari lainnya.
4. Hikmah Melaksanakan Ibadah Puasa
o
Bertakwa dan menghambakan diri kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, takwa adalah meninggalkan keharaman, istilah itu secara
mutlak mengandung makna mengerjakan perintah, meninggalkan larangan , Allah Ta’ala
berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas
kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). Ayat ini menunjukkan bahwa di antara
hikmah puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa dan puasa
adalah sebab meraih derajat yang mulia ini. Hal ini dikarenakan dalam puasa,
seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya.
Inilah pengertian takwa. Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam
berbagai hal berikut.
6
Pertama, orang
yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah larang ketika itu yaitu dia
meninggalkan makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya yang sebenarnya
hati sangat condong dan ingin melakukannya. Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub
atau mendekatkan diri pada Allah dan meraih pahala dari-Nya. Inilah bentuk
takwa.
Kedua,
orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan
duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya.
Ini juga salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah.
Ketiga, ketika
berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan. Dan
ketaatan merupakan jalan untuk menggapai takwa. Inilah sebagian di antara
bentuk takwa dalam amalan puasa.
o Puasa adalah
serupa dengan revolusi jiwa untuk merombak cara dan kebiasaan yang diinginkan
oleh manusia itu, sehingga mereka berbakti pada keinginannya dan nafasnya itu
berkuasa padanya
3. Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya laparmaupun tidak dibolehkan mengerjakan sesuatu. Sehingga tertimpa pada dirinya dengan suatu kemiskinan atau hajatnya tidak terlaksana. Dengan sendirinya lalu bisa merasakan keadaan orang lain, bahkan berusaha untuk membantu mereka yang berkepentingan dalam hidup ini.
3. Puasa menunjukkan pentingnya seseorang merasakan pedihnya laparmaupun tidak dibolehkan mengerjakan sesuatu. Sehingga tertimpa pada dirinya dengan suatu kemiskinan atau hajatnya tidak terlaksana. Dengan sendirinya lalu bisa merasakan keadaan orang lain, bahkan berusaha untuk membantu mereka yang berkepentingan dalam hidup ini.
o Puasa dapat menyehatkan tubuh kita, manfaat
puasa bagi kesehatan adalah sebagai berikut:
a) Puasa membersihkan tubuh dari sisa metabolisme. Saat berpuasa tubuh akan menggunakan zat-zat makanan yang tersimpan. Bagian pertama tubuh yang mengalami perbaikan adalah jaringan yang sedang lemah atau sakit.
b) Melindungi tubuh dari penyakit gula. Kadar gula darah cenderung turun saat seseorang berpuasa. Hal ini memberi kesempatan pada kelenjar pankreas untuk istirahat. SepertiAnda ketahui, fungsi kelenjar ini adalah menghasilkan hormon insulin.
c) Menyehatkan sistem pencernaan. Di waktu puasa, lambung dan sistem pencernaan akan istirahat selama lebih kurang 12 sampai 14 jam, selama lebih kurang satu bulan. Jangka waktu ini cukup mengurangi beban kerja lambung untuk memroses makanan yang bertumpuk dan berlebihan.Puasa mengurangi berat badan berlebih. Puasa dapat menghilangkan lemak dan kegemukan, secara ilmiah diketahui bahwa lapar tidak disebabkan oleh kekosongan perut. Tetapi juga disebabkan oleh penurunan kadar gula dalam darah.
7
o
Hikmah di Balik Meninggalkan
Syahwat dan Kesenangan Dunia
Di
dalam berpuasa, setiap muslim diperintahkan untuk meninggalkan berbagai
syahwat, makanan dan minuman. Itu semua dilakukan karena Allah. Dalam hadits qudsi,
Allah Ta’ala berfirman,
“Dia telah meninggalkan syahwat dan
makanan karena-Ku”.
Di antara hikmah meninggalkan
syahwat dan kesenangan dunia ketika berpuasa adalah:
Pertama, dapat
mengendalikan jiwa. Rasa kenyang karena banyak makan dan minum, kepuasan
ketika berhubungan dengan istri, itu semua biasanya akan membuat
seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat, dan menjadi lalai. Sehingga dengan
berpuasa, jiwa pun akan lebih dikendalikan.
Kedua, hati
akan menjadi sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah. Apabila
seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai dengan
makanan yang dia lahap, hati pun akan menjadi lalai dari memikirkan hal-hal
yang baik dan lalai dari mengingat Allah. Oleh karena itu, apabila hati tidak
tersibukkan dengan kesenangan duniawi, juga tidak disibukkan dengan makan dan
minum ketika berpuasa, hati pun akan bercahaya, akan semakin lembut, hati pun
tidak mengeras dan akan semakin mudah untuk tafakkur (merenung) serta
berdzikir pada Allah.
Ketiga, dengan
menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, orang yang berkecukupan akan
semakin tahu bahwa dirinya telah diberikan nikmat begitu banyak dibanding
orang-orang fakir, miskin dan yatim piatu yang sering merasakan rasa lapar.
Dalam rangka mensyukuri nikmat ini, orang-orang kaya pun gemar berbagi
dengan mereka yang tidak mampu.
Keempat,
dengan berpuasa akan mempersempit jalannya darah. Sedangkan setan berada pada
jalan darahnya manusia. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Sesungguhnya setan mengalir dalam diri
manusia pada tempat mengalirnya darah.” Jadi puasa dapat menenangkan setan
yang seringkali memberikan was-was. Puasa pun dapat menekan syahwat dan rasa
marah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan
puasa sebagai salah satu obat mujarab bagi orang yang memiliki keinginan untuk
menikah namun belum kesampaian.
8
o
Menuju ke arah yang Lebih Baik
Di bulan Ramadhan tentu saja
setiap muslim harus menjauhi berbagai macam maksiat agar puasanya tidak
sia-sia, juga agar tidak mendapatkan lapar dan dahaga saja. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Betapa
banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut
kecuali rasa lapar dan dahaga saja.”
Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari membicarakan orang lain , dari berbagai perkaataan maksiat, dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari membicarakan orang lain , dari berbagai perkaataan maksiat, dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan
dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa
lapar dan haus yang dia tahan.”
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan
minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu
dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu,
katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.”Lagwu
adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah. Sedangkan rofats
adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita atau
dapat pula bermakna kata-kata kotor.
Perhatikanlah pula petuah yang
sangat bagus dari Ibnu Rajab Al Hambali berikut, “Ketahuilah bahwa amalan
taqorub (mendekatkan diri) pada Allah Ta’ala dengan meninggalkan
berbagai syahwat (yang sebenarnya boleh dilakukan ketika tidak berpuasa seperti
makan atau berhubungan badan dengan istri, -pen) tidak akan sempurna hingga
seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia
larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam
masalah darah, harta dan kehormatan.”
9
Jabir bin ‘Abdillah juga
menyampaikan wejangan, “Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu,
penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta
janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari
puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama
saja.”
Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus jalan. Hendaknya ketika berpuasa, setiap orang berusaha pula menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat dan hal-hal yang sia-sia. Ibnu Rajab mengatakan,
Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus jalan. Hendaknya ketika berpuasa, setiap orang berusaha pula menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat dan hal-hal yang sia-sia. Ibnu Rajab mengatakan,
“Tingkatan puasa yang paling rendah adalah
hanya meninggalkan minum dan makan saja.”
Oleh karena itu, ketika keluar
bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi lebih baik dibanding dengan
bulan sebelumnya karena dia sudah ditempa di madrasah Ramadhan untuk
meninggalkan berbagai macam maksiat. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5
waktu, seharusnya menjadi sadar dan rutin mengerjakannya di luar bulan
Ramadhan. Juga dalam masalah shalat Jama’ah bagi kaum pria, hendaklah pula
dapat dirutinkan dilakukan di masjid sebagaimana rajin dilakukan ketika bulan
Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Ramadhan banyak wanita muslimah yang berusaha
menggunakan jilbab yang menutup diri dengan sempurna, maka di luar bulan
Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling
dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinyu walaupun sedikit.”
Ibadah dan amalan ketaatan
bukanlah ibarat bunga yang mekar pada waktu tertentu saja. Jadi, ibadah shalat
5 waktu, shalat jama’ah, shalat malam, gemar bersedekah dan berbusana muslimah,
bukanlah jadi ibadah musiman. Namun sudah seharusnya di luar bulan Ramadhan
juga tetap dijaga. Para ulama seringkali mengatakan, “Sejelek-jelek kaum
adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.”
Semoga Allah memudahkan kita agar istiqomah dalam melakukan ketaatan
kepada-Nya dan menjadikan kita lebih baik setelah keluar dari bulan Ramadhan
ini. Amin Yaa Mujibas Saa-ilin.
10
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ø Puasa adalah
menahan diri dari segala yang membatalkan mulai dari terbit fajar hingga
terbenam matahari disertai dengan niat
Ø Awal ditetapkannya puasa ramadhan yaitu pada
tahun 2 Hijriyah
Ø Pelaksanaan puasa sudah diwajibkan atas umat
tedahulu sebelum nabi Muhammad
Ø Puasa bukan membuat kita sakit, akan tetapi
dapat menyehatkan kita.
Ø Ada keringanan bagi orang-orang yang tidak
bisa melasanakan puasa karena hal-hal tertentu seperti sakit, musafir, sudah
tua dan lain-lain
Ø Imam Al-Ghazali
membagi puasa kedalam 3 derajat, yaitu : pertama, puasa umum yaitu menahan
perut dan kemaluan dari memenuhi syahwat. Kedua, puasa khusus yaitu mencegah
pendengaran, lisan, tangan, dan kaki serta anggota tubuh dari dosa. Ketiga,
puasa khusus adalah puasa hati dari kemauan-kemauan yang rendah dan pikiran
duniawi serta mencegahnya dari selain Allah secara total
Berdasarkan pendapat sejumlah ahli kesehatan, puasa dapat memberikan berbagai manfaat bagi yang melaksanakannya, di antaranya untuk ketenangan jiwa, mengatasi stres, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara kesehatan dan kecantikan.
dapat menyehatkan badan dan dapat membantu penyembuhan bermacam penyakit._ (Selain itu, puasa dapat membuat awet muda atau menunda proses penuaan, dan masih banyak lagi faedah yang tersirat dalam perintah Allah.
Berdasarkan pendapat sejumlah ahli kesehatan, puasa dapat memberikan berbagai manfaat bagi yang melaksanakannya, di antaranya untuk ketenangan jiwa, mengatasi stres, meningkatkan daya tahan tubuh, serta memelihara kesehatan dan kecantikan.
dapat menyehatkan badan dan dapat membantu penyembuhan bermacam penyakit._ (Selain itu, puasa dapat membuat awet muda atau menunda proses penuaan, dan masih banyak lagi faedah yang tersirat dalam perintah Allah.
B. SARAN
Ø Kami yakin dalam
penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itukami mohon kepada
para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau mungkin komentarnya
demi kelancaran tugas ini.
11
DAFTAR
PUSTAKA
http://indonesiaindonesia.com
Didownload dari http://www.vbaitulah.or.id
http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg01669.html
diakses tanggal 15 Agustus 2010
http://peperonity.com/go/sites/mview/assunnah.tuntunan.ibadah.ramadhan/15657500
diakses tanggal 15 Agustus 2010
http://www.facebook.com/home.php?#!/photo.php?pid=253210&op=1&o=global&view=global&subj=100000067804657&id=100000662467041
diakses tanggal 15 Agustus 2010
http://www.facebook.com/notes/muhammad-zainuddin/hukum-hukum-yang-berkaitan-dengan-puasa-ramadhan/419704869350
diakses tanggal 15 Agustus 2010
http://www.facebook.com/home.php?#!/photo.php?pid=409004&id=100000067804657&
12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar